Peternakan Sapi Sadar Integrasi
Oleh: Prof Jasmal A Syamsu
Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Hasanudin, Makassar
Pakan bersumber limbah pertanian yang diolah, sementara limbah kandang diolah jadi sumber energi dan sumber pendapatan tambahan
Satu
lagi peternakan rakyat yang telah membuktikan nilai lebih dari
penerapan konsep budidaya ternak sapi “zero waste” dengan menjadikannya
terpadu dalam sebuah kandang kelompok , kemudian mengolah limbahnya, dan
memetik manfaatnya.
Kali ini adalah Kelompok Tani Ternak Amassangang dari Desa Amassangang,
Kecamatan Lanrisang, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, dengan
Suhardi sebagai ketua kelompok sekaligus “motor”. Kelompok ini berdiri
sejak September 2008, dan kandangnya sekarang berisi 21 ekor sapi.
Sekalipun populasinya baru di angka tersebut, tetapi kelompok ini sudah
mendulang keuntungan. Tak hanya dari hasil budidaya tetapi juga dari
hasil pengolahan limbahnya. Feses dan urin diolah sehingga menghasilkan
biogas, kompos serta pupuk cair.
Sumber Pakan
Eloknya, peternakan yang pengelolaannya dikomandani Suhardi ini tidak
memiliki lahan khusus untuk sumber hijuan pakan. Hijauan sepenuhnya
memanfaatkan limbah pertanian berupa jerami jagung dan jerami padi, yang
sebelum diberikan pada ternak diolah terlebih dahulu. Dalam mempercepat
proses pengolahan pakan dan limbah, kelompok ini memanfaatkan mikroba
yang ditumbuhkan sendiri dengan memanfaatkan limbah rumah tangga (sisa
makanan).
Mikroorganisme dibiakkan oleh Suhardi dari limbah rumah tangga yang
difermentasi. Sisa makanan, sisa pencucian beras dimasukkan dalam wadah
tertutup dan ditambahkan molases atau air gula, ragi, dan mineral dari
kulit kerang. Setelah beberapa hari, hasilnya didapat “biang” yang
kemudian disaring dan dimasukkan dalam penampungan kedua untuk
perbanyakan yang juga menggunakan molases atau air gula merah. Hasil
fermentasi anaerob ini yang selanjutnya siap digunakan untuk keperluan
mengolah limbah dan mengawetkan pakan.
Jerami jagung, yang digunakan sebagai pakan dicacah dengan chopper,
dan ditaburi garam. Kemudian dicampur dedak plus bungkil kelapa, dan
diimbuhi mineral. Pakan selanjutnya dapat langsung diberikan kepada
ternak. Tetapi di saat jerami jagung berlimpah, Suhardi mengolahnya
melalui proses fermentasi dengan sebelumnya jerami jagung dikeringkan
dahulu hingga kadar airnya menurun.
Limbah untuk Biogas & Pupuk
Sementara itu, pengolahan limbah memberikan hasil biogas yang
dimanfaatkan sebagai sumber energi. Baik untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangga, kebutuhan produksi kompos. Juga digunakan pula sebagai bahan
bakar listrik/generator untuk penerangan di kandang.
Pengolahan biogas juga menghasilkan pupuk kompos dan pupuk cair yang
bernilai ekonomi. Pupuk kompos merupakan campuran hasil samping
pengolahan biogas yang berbentuk padat, kemudian dicampur sekam yang
dibakar, dan ditambahkan mikroorganisme ke dalamnya. Selain jenis ini,
di Kelompok Ammasangang juga diproduksi pupuk kompos yang dibuat dari
tumpukan sampah daun atau jerami yang dicampur dengan feses sapi dan
difermentasi dengan mikroorganisme lokal. Pupuk-pupuk ini laku dijual Rp
1.500 tiap kg-nya.
Sedangkan pupuk cair dibanderol Rp 100.000 per kemasannya (5 liter).
Pupuk ini telah diuji di laboratorium untuk mengetahui kandungan hara
yang dikandungnya. Sampai saat ini, tidak kurang 2.500 – 3.000 liter
pupuk cair dapat dihasilkan tiap bulan.
Selengkapnya baca di majalah TROBOS Livestock Edisi Desember 2012