29 Januari 2013

Peternakan Sapi Sadar Integrasi

Oleh: Prof Jasmal A Syamsu
Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Hasanudin, Makassar
Pakan bersumber limbah pertanian yang diolah, sementara limbah kandang diolah jadi sumber energi dan sumber pendapatan tambahan
Satu lagi peternakan rakyat yang telah membuktikan nilai lebih dari penerapan konsep budidaya ternak sapi “zero waste” dengan menjadikannya terpadu dalam sebuah kandang kelompok , kemudian mengolah limbahnya, dan memetik manfaatnya.
Kali ini adalah Kelompok Tani Ternak Amassangang dari Desa Amassangang, Kecamatan Lanrisang, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, dengan Suhardi sebagai ketua kelompok sekaligus “motor”. Kelompok ini berdiri sejak September 2008, dan kandangnya sekarang berisi 21 ekor sapi. Sekalipun populasinya baru di angka tersebut, tetapi kelompok ini sudah mendulang keuntungan. Tak hanya dari hasil budidaya tetapi juga dari hasil pengolahan limbahnya. Feses dan urin diolah sehingga menghasilkan biogas, kompos serta pupuk cair.
Sumber Pakan
Eloknya, peternakan yang pengelolaannya dikomandani Suhardi ini tidak memiliki lahan khusus untuk sumber hijuan pakan. Hijauan sepenuhnya memanfaatkan limbah pertanian berupa jerami jagung dan jerami padi, yang sebelum diberikan pada ternak diolah terlebih dahulu. Dalam mempercepat proses pengolahan pakan dan limbah, kelompok ini memanfaatkan mikroba yang ditumbuhkan sendiri dengan memanfaatkan limbah rumah tangga (sisa makanan).
Mikroorganisme dibiakkan oleh Suhardi dari limbah rumah tangga yang difermentasi. Sisa makanan, sisa pencucian beras dimasukkan dalam wadah tertutup dan ditambahkan molases atau air gula, ragi, dan mineral dari kulit kerang. Setelah beberapa hari, hasilnya didapat “biang” yang kemudian disaring dan dimasukkan dalam penampungan kedua untuk perbanyakan yang juga menggunakan molases atau air gula merah. Hasil fermentasi anaerob ini yang selanjutnya siap digunakan untuk keperluan mengolah limbah dan mengawetkan pakan.
Jerami jagung, yang digunakan sebagai pakan dicacah dengan chopper, dan ditaburi garam. Kemudian  dicampur dedak plus bungkil kelapa, dan diimbuhi mineral. Pakan selanjutnya dapat langsung diberikan kepada ternak. Tetapi di saat jerami jagung berlimpah, Suhardi mengolahnya melalui proses fermentasi dengan sebelumnya jerami jagung dikeringkan dahulu hingga kadar airnya menurun.
Limbah untuk Biogas & Pupuk
Sementara itu, pengolahan limbah memberikan hasil biogas yang dimanfaatkan sebagai sumber energi. Baik untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, kebutuhan produksi kompos. Juga digunakan pula sebagai bahan bakar listrik/generator untuk penerangan di kandang.
Pengolahan biogas juga menghasilkan pupuk kompos dan pupuk cair yang bernilai ekonomi. Pupuk kompos merupakan campuran hasil samping pengolahan biogas yang berbentuk padat, kemudian dicampur sekam yang dibakar, dan ditambahkan mikroorganisme ke dalamnya. Selain jenis ini, di Kelompok Ammasangang juga diproduksi pupuk kompos yang dibuat dari tumpukan sampah daun atau jerami yang dicampur dengan feses sapi dan difermentasi dengan mikroorganisme lokal. Pupuk-pupuk ini laku dijual Rp 1.500 tiap kg-nya.
Sedangkan pupuk cair dibanderol Rp 100.000 per kemasannya (5 liter). Pupuk ini telah diuji di laboratorium untuk mengetahui kandungan hara yang dikandungnya. Sampai saat ini, tidak kurang 2.500 – 3.000 liter pupuk cair dapat dihasilkan tiap bulan.

Selengkapnya baca di majalah TROBOS Livestock Edisi Desember 2012

Langganan Via Email

Masukkan Email Anda ke Kotak dibawah ini, untuk berlangganan tulisan:

Dikirim Oleh FeedBurner

Curriculum Vitae


Tentang Prof. Dr. Ir. Jasmal A. Syamsu,M.Si ? Silahkan Klik disini

Mari Bergabung

Jasmal A Syamsu

Jasmal A Syamsu ©Template Blogger Green by Dicas Blogger. Desain Tataletak: Sang Blogger

TOPO