18 September 2007

Peternakan, Sapi Perahan dan Pilkada Gubernur Sul Sel

oleh : Jasmal A.Syamsu,Dr.Ir.M.Si

Telah banyak tulisan yang menyoroti tentang pilkada Gubernur Sul Sel dalam berbagai konteks. Pilkada gubernur memang menjadi menarik untuk didiskusikan karena akan memilih dan melahirkan pemimpin yang dapat membawa Sul Sel ke arah lebih baik di masa yang akan datang. Gubernur menjadi tokoh sentral sebagai nahkoda dalam mengarungi lautan masa depan yang penuh tantangan yang harus dihadapi. Salah satu tantangan yang perlu diselesaikan adalah peningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya manusia sangat dipengaruhui tingkat konsumsi pangan dan gizi masyarakat yang berkecukupan. Pangan bersumber dari pangan nabati dan pangan hewani dan salah satu sektor penyedia pangan hewani adalah sektor peternakan. Disamping itu peternakan berperan pula dalam penyediaan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan dan pengembangan potensi wilayah.


Peternakan diharapkan mampu menyediakan protein hewani yang berupa daging, telur dan susu berkualitas baik Dengan demikian peran peternakan sangat strategis dalam rangka meningkatkan kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat. Ketersediaan sumber protein hewani sangat ditentukan kemampuan dan kinerja pembangunan peternakan. Mencermati peran peternakan dalam menyediakan protein hewani maka selayaknya peternakan menjadi sektor yang patut mendapat perhatian serius dan butuh keberpihakan karena produk hasil peternakan sangat menentukan tingkat konsumsi pangan masyarakat. Konsumsi pangan berupa protein hewani yang cukup dapat mengatasi gizi buruk seperti busung lapar, dan akhirnya menjadikan masyarakat memiliki kecerdasan yang tinggi sehingga meningkatnya kualitas sumberdaya manusia.

Selama ini konsumsi pangan hewani tidak sepenuhnya dari produk dalam negeri, karena kebutuhan protein hewani yaitu daging dan susu sebagian masih disediakan dari impor. Hal ini menunjukkan bahwa industri peternakan belum berorientasi ekspor, dan upaya-upaya yang dilakukan selama ini masih dalam kerangka pemenuhan permintaan akan produk peternakan di dalam negeri. Data Ditjen Peternakan menunjukkan tingkat konsumsi protein hewani di Indonesia yaitu 4.93 g/kapita/hari Dibandingkan dengan tingkat konsumsi negara-negara lain di Asia Tenggara, Indonesia masih lebih rendah misalnya Kamboja 9.4 g/kapita/hari, Laos 9.8 g/kapita/hari, Vietnam 17.5 g/kapita/hari dan Malaysia 52.7 g/kapita/hari.

Terkait dengan pemilihan gubernur Sul Sel, sangat diharapkan gubernur yang terpilih adalah memiliki komitmen yang tinggi terhadap pembangunan peternakan dan sangat memahami begitu besar peran peternakan dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan menentukan masa depan bangsa. Permasalahan lain dalam peternakan harus pula diselesaikan, antara lain skala usaha peternakan rakyat masih rendah yang ditunjukkan dengan kepemilikan ternak yang kurang sehingga kurang layak secara ekonomis dalam meningkatakan pendapatan dan kesejahteraan peternak. Masalah lainnya adalah kurang berjalannya agribisnis peternakan khususnya peternakan rakyat dalam penguasaan input produksi, manajemen budidaya (on farm), serta pasca panen akibat dari agribisnis peternakan kurang terintegrasi dari hulu, on farm, dan hilir, disamping kemampuan permodalan peternak dalam pengembangan usaha peternakan masih kurang.

Keberpihakan gubernur Sul Sel sangat dibutuhkan dalam melakukan percepatan pembangunan peternakan dengan sebuah grand design pengembangan peternakan secara komprehensip dan holistik. Grand design merupakan acuan dalam pembangunan perternakan sehingga jelas arah, output dan outcome akan dicapai yang secara operasional dijabarkan dalam program-program pembangunan yang berkesinambungan. Tentunya grand design harus dibangun dan berangkat dari data dasar dan analisis yang benar tentang kondisi obyektif dan aktual tentang permasalahan yang terjadi dalam dunia peternakan, dan melibatkan seluruh stakeholder peternakan. Harus disadari bahwa dengan membangun peternakan sebenarnya yang dibangun adalah masyarakat pedesaan karena sebagian besar pelaku/peternak peternakan bermukim dipedesaan.

Untuk itu dalam proses pilkada ini diharapkan berjalan dengan aman dan sukses, tidak terjadi sesuatu yang dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat dan melahirkan pemimpin yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Diharapkan tidak terjadi hal-hal seperti beberapa kosa kata berkonotasi negatif yang telah berkembang di masyarakat berhubungan dengan peternakan (ternak/hewan) yaitu sapi perahan, adu domba, politik dagang sapi dan kambing hitam. Dalam pilkada gubernur diharapkan memang melahirkan pemimpin yang dapat mengembangkan dan memiliki keberpihakan kepada peternakan. Tetapi sangat disayangkan jika dalam proses pilkada terjadi hal-hal seperti istilah di atas.

Sapi perahan, kandidat gubernur sebaiknya tidak melakukan hal ini dengan menjadikan berbagai kalangan baik pihak swasta, birokrat, atau masyarakat lainnya sebagai sapi perahan semata dengan mengambil susu darinya dan susu itu digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Karena sapi perah sebenarnya adalah ternak yang menghasilkan protein hewani berupa susu yang memiliki kandungan nilai gizi protein yang lengkap dan sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia.

Adu domba, dikalangan masyarakat Jawa Barat khususnya di Kabupaten Garut, domba adalah ternak yang digunakan dalam sebuah tradisi masyarakat yang disebut pamidangan yaitu adu ketangkasan domba. Dalam pelaksanaannya domba saling beradu dan pemenang bukan hanya ditentukan dari pemenang dalam aduan semata, namun penampilan domba seperti bentuk tubuh, kesehatan ternak, ketangguhan, ketangkasan gerakan dalam aduan, menjadi faktor penentu dalam penilaian menentukan pemenang. Dalam konteks pilkada gubernur sejatinya tidak terjadi adu domba yaitu menjadikan masyarakat saling beradu karena adanya perbedaan terhadap pilihan calon gubernur, tetapi mengajak masyarakat untuk menjadi pemilih cerdas dengan memilih calon gubernur atas dasar berbagai pertimbangan yang rasional seperti layaknya menentukan pemenang dalam pamidangan.

Politik dagang sapi, dalam perdagangan sapi berbagai pihak terlibat seperti peternak, pedagang perantara, pedagang pengumpul, serta akhirnya ke konsumen yang saling terkait dalam satu rantai tataniaga perdagangan sapi. Semua pihak mendapat keuntungan dari proses perdagangan tersebut. Namun dari berbagai studi tingkat keuntungan yang diperoleh oleh peternak jauh lebih rendah dibanding dengan pelaku lainnya dalam perdagangan tersebut. Untuk itu dalam pilkada gubernur diharapkan peternak/masyarakat meraih keuntungan yang besar dengan terpilihnya gubernur yang mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sehingga tidak menjadi korban akibat pesta demokrasi ini.

Kambing hitam, jika pada akhirnya nanti akan terpilih gubernur berdasarkan pilihan rakyat maka semua pihak harus memerima hasil tersebut, tanpa saling menyalahkan, menerima hasil dengan sepenuh hati dan tidak ada pihak yang menjadi kambing hitam. Karena ternak kambing adalah ternak yang mampu beradaptasi dan survive dengan kondisi lingkungan yang serba berkecukupan, serta mampu melanglang buana untuk mencari makan diberbagai lokasi yang memiliki sumber pakan.

Akhirnya hanya istilah tenaga kuda memiliki konotasi yang positif, sehingga diharapkan gubernur terpilih memiliki tenaga, semangat, dan kekuatan yang besar untuk mengangkat beban permasalahan yang ada dan mampu menemukan solusi terbaik dengan program pembangunan yang menyentuh kehidupan masyarakat Sul Sel. Semoga.

Tribun Timur, Makassar. 19 Juni 2007

Langganan Via Email

Masukkan Email Anda ke Kotak dibawah ini, untuk berlangganan tulisan:

Dikirim Oleh FeedBurner

Curriculum Vitae


Tentang Prof. Dr. Ir. Jasmal A. Syamsu,M.Si ? Silahkan Klik disini

Mari Bergabung

Jasmal A Syamsu

Jasmal A Syamsu ©Template Blogger Green by Dicas Blogger. Desain Tataletak: Sang Blogger

TOPO