10 Juni 2009

Razia Ternak Sapi : Apakah Solusi ?

Dr.Ir.Jasmal A Syamsu
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Perhimpunan Peternak Sapi
dan Kerbau Indonesia (DPP PPSKI)

Akhir-akhir ini media cetak memberitakan beberapa daerah melakukan razia ternak seperti sapi yang berkeliaran. Sapi yang berkeliaran ditangkap oleh aparat birokrat (satpol PP) dan dimasukkan dalam suatu kandang penampungan. Pemilik ternak dari yang terkena razia dibebani biaya/denda. Razia ini dilakukan atas dasar adanya peraturan daerah yang dikeluarkan daerah/kabupaten tersebut. Peraturan daerah yang seperti ini tidak buat atas adanya pemahaman yang mendalam dan holistik dari hakekat pengembangan suatu wilayah. Pengembangan wilayah harus dilakukan dengan pendekatan holistik dan saling menunjang antar sektor pembangunan. Terkesan dengan adanya razia ternak, ternak dianggap sebagai pengganggu atau hama, merusak tanaman, tidak mendukung keindahan/kebersihan wilayah, serta tidak menjadi suatu prioritas dalam pengembangan daerah. Kondisi ini menimbulkan sebuah pertanyaan dalam rangka pengembangan peternakan, apakah razia ternak merupakan suatu solusi?. Sebelum menjawab pertanyaan ini kita perlu melakukan telaah dan analisis yang mendalam dari penyebab adanya ternak berkeliaran di suatu daerah.

Beberapa kemungkinan yang menyebabkan ternak berkeliaran adalah pertama, sistem manajemen pemeliharaan ternak seperti sapi masih dalam kondisi tradisonal/ekstensif. Hasil penelitian penulis di Sulawesi Selatan, bahwa pemeliharaan ternak yang dilakukan oleh peternak sebagian besar (71.21%) dengan cara tradisional. Cara pemeliharaan tradisional adalah ternak dilepas sepanjang hari, dan dilepas siang hari kemudian diikat pada malam hari/tanpa pengandangan. Secara umum sistem pemeliharaan ternak di pedesaan pada umumnya secara tradisional dan belum menggunakan teknologi dalam manajemen pemeliharaannya. Hal ini menunjukkan bahwa sekitar 70% peternak sapi memelihara ternak tanpa pengandangan. Salah satu alasan sehingga terjadi demikian, peternak menganggap lahan masih tersedia untuk tempat melepas ternak dan hijauan masih tersedia terutama dimusim penghujan. Kedua, sistem manajemen pemberian pakan masih mengandalkan dari hijauan atau rumput alam dan kurang memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan. Sebagian besar peternak yaitu 91.92% melepas ternak untuk memperoleh pakan di sawah, kebun dan pekarangan. Peternak yang memberikan pakan bagi ternaknya dengan mengarit rumput atau memberi rumput potongan adalah peternak yang melakukan pengandangan ternak yang jumlahnya hanya 28.79%. Peternak berpersepsi bahwa lahan garapan yaitu sawah dan kebun yang menjadi basis ekologis bagi ternak masih mampu menyediakan hijauan untuk ternak.

Ketiga, pemahaman peternak tentang manfaat pengandangan ternak belum diketahui dengan baik. Upaya mengantisipasi dan mencegah ternak berkeliaraan adalah peternak harus melakukan pengandangan ternak. Namun demikian, manfaat dan keuntungan yang diperoleh dengan melakukan pengandangan ternak sapi misalnya, belum dipahami dan dimengerti oleh peternak, sehingga belum melakukannya. Untuk itu, diperlukan adanya bimbingan dan penyuluhan oleh pihak terkait untuk memberikan pemahaman kepada peternak dengan pendekatan partisipatif dari manfaat pengandangan ternak.


Mencermati berkeliarannya ternak dari penyebab yang telah diuraikan diatas, yang menjadi penyebab utama adalah peternak belum memahami apa manfaat dari pengandangan ternak. Dengan demikian solusi yang dapat dilakukan untuk mencegah ternak berkeliaran adalah dengan meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peternak dalam hal manajemen pemeliharaan ternak/sapi yang didalamnya termasuk manajemen perkandangan, pemberian pakan, dan penerapan teknologi dalam pemeliharaan ternak.

Solusi yang tepat yang dapat dilakukan adalah pengembangan ternak sapi secara terpadu dengan sistem zero waste. Pola ternak sapi secara terpadu adalah pengembangan ternak sapi dengan memanfaatkan dan memaksimalkan potensi sumberdaya yang ada. Diketahui bahwa dalam pengembangan sapi terkait input produksi, aspek budidaya/pemeliharaan dan dihasilkan output produksi. Input produksi berupa pakan ternak dan sarana produksi lainnya, aspek budidaya terkait dengan bagaimana manajemen pemeliharaan ternak, dan output produksi yang dihasilkan adalah berupa ternak sapi/anak, berat badan meningkat/penggemukan, dan limbah ternak. Untuk itu perlu dilakukan integrasi ketiga aspek tersebut dalam konteks terpadu dan pemanfaatan limbah yang ada. Beberapa manfaat yang diperoleh jika pemeliharaan ternak dilakukan dengan pendekatan terpadu. Pakan sebagai input produksi dapat memanfaatkan limbah pertanian seperti jerami padi yang potensi produksinya begitu besar sebagai pakan ternak yang tentunya diperlukan adanya sentuhan teknologi pakan untuk meningkatkan kualitas limbah tersebut.

Dengan demikian limbah pertanian dapat memiliki nilai manfaat dan tidak menjadi limbah semata yang mencemari lingkungan. Hamun demikian, hasil studi di Sulawesi Selatan menunjukkan masih banyaknya peternak yang tidak menggunakan limbah pertanian sebagai pakan yaitu 62.12%. Penyebabnya adalah umumnya petani membakar limbah/jerami padi karena secepatnya akan dilakukan pengolahan tanah untuk penanaman kembali khususnya pada lahan sawah beririgasi (intensif) dengan pola tanam lebih dari sekali dalam setahun, menyulitkan peternak untuk mengangkut dalam jumlah banyak untuk diberikan kepada ternak, tidak tersedianya tempat penyimpanan limbah tanaman pangan, dan peternak tidak bersedia menyimpan/menumpuk limbah di sekitar rumah/kolong rumah karena takut akan bahaya kebakaran. Untuk itu diperlukan suatu program untuk membangun gudang/tempat penyimpanan pakan di pedesaan.

Terkait dengan output produksi yang dihasilkan terutama limbah ternak, saat ini belum dioleh/dimanfaatkan secara optimal. Limbah ternak yaitu feses/kotoran ternak dapat diolah menjadi sumber energi alternatif berupa biogas. Jika ini dapat dilakukan dan dipahami oleh peternak maka peternak tidak akan lagi membeli bahan bakar atau minyak tanah untuk kebutuhan rumah tangga karena adanya biogas yang dihasilkan. Setelah pengolahan biogas, diperoleh limbah padatan/cairan yang dapat diolah menjadi sumber pupuk kandang atau pupuk organik yang berguna untuk lahan sawah, dan mengurangi pengeluaran petani dalam pembelian pupuk anorganik yang terkadang sulit didapatkan.

Untuk melakukan pola peternakan terpadu dengan manfaatkan limbah pertanian sebagai pakan, dan melakukan pengolahan limbah ternak menjadi biogas dan pupuk kandang salah satu kunci keberhasilannya adalah ternak harus dikandangkan. Sangat tidak mungkin memperoleh biogas dan pupuk jika ternak tidak dikandangkan. Dengan demikian, saat ini perlu adanya usaha untuk meningkatkan pemahaman peternak akan manfaat dari pengandangan ternak. Jika peternak sudah memahami manfaat pengandangan ternak, bahwa kalau ternak dikandangkan bukan hanya kita memperoleh ternak/anak, tetapi juga akan diperoleh biogas dan pupuk kandang yang memiliki nilai ekonomis sehingga dapat menambah pendapatan peternak.

Akhirnya untuk menghidari ternak berkeliaran, pihak pemerintah daerah perlu mendorong peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan peternak dalam hal manajemen pemeliharaan ternak, dan melakukan program pengembangan ternak sapi dalam konteks terpadu dengan meningkatkan nilai tambah sumberdaya yang dimiliki dan dihasilkan oleh ternak dengan membuat program percontohan di peternak, sehingga peternak akan melihat secara langsung karena terkadang peternak dalam melakukan sesuatu tidak menggunakan otaknya untuk berpikir namun menggunakan menggunakan matanya untuk bertindak, yaitu akan melakukan sesuatu jika telah melihat contoh dan manfaat yang diperoleh. Dengan melakukan program ini, tidak akan ditemui lagi adanya ternak berkeliaran dan pihak pemerintah tak perlu lagi melakukan razia ternak sehingga solusi yang dilakukan adalah solusi yang berpihak kepada peternak/masyarakat dan dunia peternakan. Semoga....

Langganan Via Email

Masukkan Email Anda ke Kotak dibawah ini, untuk berlangganan tulisan:

Dikirim Oleh FeedBurner

Curriculum Vitae


Tentang Prof. Dr. Ir. Jasmal A. Syamsu,M.Si ? Silahkan Klik disini

Mari Bergabung

Jasmal A Syamsu

Jasmal A Syamsu ©Template Blogger Green by Dicas Blogger. Desain Tataletak: Sang Blogger

TOPO